Selasa, 01 Desember 2015

Islam Bukan Agama Prasmanan


By on 03.19


Abdullah Zaen, Lc., MA
LajurDakwah- Prasmanan,adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilahkan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja. Mana yang ia suka; ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal.

Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan.

Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan”?. Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapaun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan.

Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah ta’ala menegaskan,

أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ ۚ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰ أَشَدِّ الْعَذَابِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
 
Artinya: “Apakah kalian mengimani sebagian isi Kitab lalu ingkar terhadap sebagian lain? Tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kalian melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia. Dan pada hari kiamat kelak mereka akan dimasukan ke dalam azab nerala yang sangat pedih. Allah sama seklai tidak lengah mencatata semua perbuatan kalian” (QS. Al-Baqarah(2):85)

Islam aalah pedoman hidup yang lengkap dan sempurna. Allah ta’ala mengaruniakannya kepada kita, untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, maka kita harus meneriam dan berusaha mengamalkan seluruh ajaran Islam. Tidak boleh kita ambil setengah-setengah. Dalam arti salah satu ajarannya kita amalkan, sementara ajarannya yang lain kita tolak.

Banyak orang ketika shalat menggunakan tata cara islam, tapi sayang ketika berbisnis ia tidak mau diatur ole islam. Ada yang dalam berhaji memakai fikih islam, namun saat berideologi dan berkeyakinan, ia memilih untuk mengadopsi agama lain.

Ada juga yang saat berpuasa konsisten dengan tata cara islam; tidak makan; tidak minum dan tidak berdusta. Tapi saat berpolitik ia tak mau berpegang teguh dengan ajaran Islam, sehingga menghalalkan segala cara. Berdusta dengan topeng pencitraan, memfitnah, menyuap, melakukan money politik, bermain culas dan berkorupsi. Amat disayangkan, banyak yang punya anggapan, “Ini adalah masalah politik, bukan urusan agama”. Seakan-akan kalau berpolitik lalu boleh menghalalkan segala cara.

Padahal sesungguhnya Islam, sebagaimana mengatur tata cara shalat dan puasa, Islam juga mengatur tentang etika berbisnis dan mengatur urusan negara. Islam sebagaimana mengatur tentang keimanan dan ibadah, juga mengatur tentang hukum dan tata cara berbusana. Pendek kata, Islam itu mengatur manusia dari bangun tidur hingga tidur lagi, bahkan ketika tidur. Mengatur manusia dari lahri hingga menguburnya saat mati. Islam mengatur mulai dari masuk kamar mandi hingga mengatur bangsa dan negara, bahkan sedunia,

Beragama secara parsialitas, itu adalah salah satu trik setan dalam menyesatkan bani Adam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman




Artinga: “Wahai orang-orang yang beriman, masuk Islamlah kalian secara kaffah (totalitas), dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyatabagi kalian”. QS. Al-Baqarah (2):208
 
Mari kita tinggalkan pola prasmana dalam beragama! Sebab Islam bukan agama prasmanan


Pesantren Tunas Ilmu, Kedungwuluh, Purbalingga
Jum’at 15 Shafar 1436

0 komentar:

Posting Komentar